Search

Media AS Lancarkan Pembelaan Terpadu Bagi Kebebasan Pers

Hubungan Presiden Amerika Donald Trump yang kerap diwarnai perselisihan dengan media, Kamis (16/8) meruncing sewaktu ratusan surat kabar Amerika melancarkan pembelaan atas kebebasan pers. Pembelaan yang dilakukan secara terpadu dan belum pernah terjadi sebelumnya itu merupakan tanggapan atas serangan yang kerap dilancarkan Trump terhadap sejumlah organisasi media.

The Boston Globe menyatakan mengoordinasikan upaya itu dengan berbagai surat kabar lainnya dan memuat hasilnya di pangkalan data di situs Internet mereka.

Lebih dari 380 organisasi media, di semua negara bagian kecuali Wyoming, telah tergabung dalam gerakan itu pada Jumat pagi (17/8). Mereka menerbitkan editorial yang mendukung pers yang bebas dan kuat.

Kampanye ini dilancarkan karena Trump telah berulang kali menuduh media menyebarkan “berita palsu” dan mengecam media sebagai “musuh rakyat Amerika.” Hari Kamis (16/8), Trump menulis cuitan “media berita palsu adalah pihak oposisi.”

Setiap media yang berpartisipasi menerbitkan sebuah tajuk rencana, biasanya artikel yang mencerminkan opini dewan redaksi. Tajuk rencana ini terpisah dari berita dan bagian lain di sebuah surat kabar.

Tajuk rencana the Globe menuduh Trump melancarkan “serangan terus menerus terhadap pers bebas” dan menambahkan, memberi pers label ‘musuh rakyat’ tidaklah nasionalis dan berbahaya bagi keutuhan masyarakat yang telah terjalin selama lebih dari dua abad.

Trump menulis tentang the Globe dalam cuitan lainnya, dengan menyebut mantan pemiliknya, keluarga Sulzberger, yang menguasai perusahaan pemilik the New York Times, menjual the Globe seharga 1 dolar, meskipun pada kenyataannya dijual pada tahun 2013 dengan harga 70 juta dolar.

The Portland Press Herald di Maine menyebutkan bahwa pers yang independen merupakan pembela terbaik dalam melawan tirani. The Des Moines Register di Iowa menulis, “Musuh sejati rakyat, dan demokrasi, adalah mereka yang berusah menyumbat kebenaran dengan memfitnah dan menjelek-jelekkan si pembawa pesan.”

The New York Times, yang kerap menjadi sasaran Trump, menulis dalam tajuknya, "wartawan dan redaktur berita adalah manusia, dan membuat kekeliruan. Mengoreksinya adalah menjadi inti pekerjaan kami. Tetapi menekankan bahwa kebenaran yang tidak disukai adalah ‘berita palsu’ sangatlah berbahaya bagi darah demokrasi. Dan menyebut wartawan sebagai ‘musuh rakyat’ adalah berbahaya, titik.”

Sebagian surat kabar, termasuk The Wall Street Journal and the San Francisco Chronicle, menerbitkan tajuk rencana mengapa mereka tidak bergabung dengan gerakan yang digalang the Globe. The Chronicle menulis bahwa berkolaborasi bersama organisasi media lainnya melanggar salah satu nilai terpentingnya, yakni independensi. Bersama dengan The Baltimore Sun, the Chronicle menyatakan bahwa upaya itu memberi keuntungan bagi Trump dan para pendukungnya yang meyakini bahwa media bertekad mencelakakannya.

Bukan hanya surat kabar yang berpartisipasi dalam gerakan ini. Asosiasi Radio Televisi Media Digital meminta 1.200 anggotanya agar menyisihkan waktu siaran, memuat editorial di situs Internet dan berbagi informasi di media sosial mereka mengenai peran yang mereka jalankan dalam mempertahankan hak dan kebutuhan masyarakat untuk mengetahui tentang pemerintah.

Jajak pendapat yang dilakukan Quinnipiac University antara 9-13 Agustus mengungkapkan, 44 persen responden Amerika merasa khawatir kritik Trump terhadap media berita akan menjurus pada kekerasan terhadap orang-orang yang bekerja di media.

Berdasarkan afiliasi partai, 76 persen pendukung Demokrat merasakan hal tersebut, sedangkan 80 persen pendukung partai Republik tidak merasakannya. Lima puluh lima persen dari mereka yang tidak berafiliasi dengan salah satu partai menyatakan kekhawatiran serupa. [uh]

Let's block ads! (Why?)

Read For More Media AS Lancarkan Pembelaan Terpadu Bagi Kebebasan Pers : https://ift.tt/2L0CWgb

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Media AS Lancarkan Pembelaan Terpadu Bagi Kebebasan Pers"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.