Meskipun terjadi protes besar-besaran di Venezuela pada 1 Mei, pemimpin yang disengketakan Nicolas Maduro menolak untuk melepaskan kekuasaan. Amerika Serikat dan negara-negara lain yang telah mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela telah meminta Maduro agar mengundurkan diri. Tetapi sekutu-sekutunya, Kuba dan Rusia, masih mendukungnya.
Protes-protes anti-Maduro berlanjut hari Rabu di ibu kota Venezuela, Caracas, dan beberapa kota lainnya, dengan dukungan internasional yang tampak nyata. Para demonstran menyalahkan mantan pemimpin Hugo Chavez yang berhaluan kiri dan pengganti yang dipilihnya, Maduro, sebagai penyebab kemiskinan di negara itu.
Cesar Villazar, seorang demonstran anti-Maduro mengatakan, "Saya berusia 30 tahun dan telah hidup di bawah rezim ini selama 20 tahun. Kualitas kehidupan telah merosot, dan perpecahan semakin besar di kalangan rakyat Venezuela.”
Tetapi militer tetap setia kepada Maduro, membuatnya bertahan dalam menghadapi seruan untuk melepaskan jabatan. Ia juga mendapat dukungan dari kalangan rakyat biasa.
Pedro Aguillar, pendukung Maduro, mengemukakan, "Apa yang terjadi kemarin merupakan kegagalan total kalangan ekstrem kanan. Kami di sini untuk membela Presiden Venezuela Nicolas Maduro.”
Rusia, China, Kuba dan beberapa negara lainnya mendukung Maduro. Para pejabat Amerika Serikat menyatakan Kuba mengirimkan tentara untuk membantu meningkatkan keamanan Maduro. Pemerintahan Trump telah memperingatkan bahwa Amerika akan menanggapi kekerasan di Venezuela.
Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo Rabu (1/5) mengatakan intervensi militer Amerika mungkin saja terjadi.
Ia menjelaskan, "Presiden telah bersikap sangat jelas, dan luar biasa konsisten: Aksi militer mungkin saja apabila ini memang diperlukan. Itulah yang akan dilakukan Amerika Serikat. Kami berusaha sedapat mungkin bertindak untuk menghindari kekerasan. Kami telah meminta semua pihak yang terkait agar tidak terlibat dengan aktivitas semacam itu. Kami lebih suka transisi pemerintah secara damai di sana, di mana Maduro pergi dan pemilu baru diselenggarakan.”
Dalam pesannya yang ditayangkan televisi hari Selasa, Maduro mengklaim bahwa gerakan oposisi telah dikalahkan. Tetapi Pompeo menyatakan Maduro telah siap meninggalkan Caracas menuju Kuba, sebelum Rusia meyakinkannya untuk tetap bertahan di negaranya sendiri
Anggota DPR Amerika dari fraksi Demokrat, Donna Shalala memberitahu VOA bahwa Amerika tidak akan membiarkan campur tangan asing di Venezuela.
Ia menjelaskan, "Kami menginginkan transisi secara damai dan menekan Kuba, Rusia, Iran, siapapun yang mencampuri politik Venezuela. Dan dengan pemimpin yang sah Juan Guaido, kami akan menekan mereka hingga mereka pergi dan membiarkan transisi damai serta pemilu berlangsung.”
Shalala mengatakan fraksi Demokrat dan Republik bersatu dalam memberikan dukungan mereka bagi transisi kekuasaan secara damai di Venezuela. (uh)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pemerintah AS Peringatkan Kemungkinan Aksi Militer di Venezuela"
Posting Komentar