Presiden Amerika Donald Trump mengatakan tidak yakin apakah pertemuannya dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un akan terlaksana, tetapi perencanaan terus dilakukan meskipun ada ancaman dari Pyongyang untuk membatalkan KTT itu. Komentar Trump itu disampaikan dalam pertemuan dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in pada hari Selasa (22/5). Berikut laporan wartawan VOA, Bill Gallo.
Pertemuan Presiden Trump dengan mitranya dari Korea Selatan di Gedung Putih berlangsung, sementara pertemuan bulan depan dengan Kim Jong-un tetap dalam tanda tanya.
Dalam konferensi pers bersama presiden Korea Selatan itu, Presiden Trump menyatakan, “Ada syarat-syarat tertentu yang kita inginkan, dan saya kira syarat-syarat itu akan dipenuhi, dan jika tidak, kita tidak akan mengadakan pertemuan. Jika itu tidak terjadi, mungkin itu akan terjadi kemudian, mungkin akan terjadi pada waktu yang berbeda.”
Korea Utara mulai meragukan pertemuan tersebut setelah Amerika dan Korea Selatan memulai latihan militer bersama, dan penasihat keamanan nasional John Bolton mengisyaratkan denuklirisasi “model Libya.”
Isyarat itu merujuk pada pemimpin Libya Moammar Gaddafi, yang menghentikan program senjata nuklirnya pada tahun 2003. Delapan tahun kemudian dia digulingkan, diseret keluar dari selokan dan ditembak di kepalanya dalam pemberontakan yang didukung oleh Amerika.
Trump, Selasa (22/5) berusaha meyakinkan bahwa Kim tidak perlu mengkhawatirkan apa pun jika dia meninggalkan program senjata nuklirnya.
“Ya, kami akan menjamin keselamatannya, dan kami sudah membicarakan itu sejak awal. Dia akan aman. Dia akan bahagia. Negaranya akan kaya. Rakyatnya akan bekerja keras dan sangat makmur,” kata Trump.
Presiden Trump telah secara terbuka berbicara tentang melindungi Kim jika ia mendenuklirisasi negaranya, tetapi sejauh ini belum ada tanggapan dari pemimpin Korea Utara itu. Trump menolak untuk mengungkapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Korea Utara, tetapi dia menyatakan bahwa denuklirisasi “harus terjadi.”
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo, Selasa (23/5) mengatakan Amerika Serikat masih berusaha keras menuju KTT tanggal 12 Juni.
Menlu Pompeo menambahkan, “Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un meminta pertemuan ini. Presiden Trump setuju untuk melakukannya. Kami bekerja sama untuk menentukan tanggal dan lokasi. Semua itu sudah kami siapkan, dan sejak itu kami teruskan rencana tersebut. Jelas bahwa kami berusaha memastikan bahwa ada pemahaman bersama mengenai isi dari apa yang akan dibahas. Tapi saya optimistis.”
Namun, Korea Utara sejauh ini terus mengecam keras latihan militer bersama Amerika-Korea Selatan, bahkan selagi mereka melakukan persiapan untuk membongkar tempat uji coba nuklir di pantai timur negara itu minggu ini.
Isyarat tidak pasti itu merupakan dampak dari permusuhan puluhan tahun yang tidak akan mudah diatasi, kata para pakar. Robert Manning, peneliti senior di lembaga kajian internasional, Atlantic Council di Washington, D.C., adalah di antara pakar yang berpendapat demikian.
“Ada begitu banyak ketidakpercayaan pada kedua pihak bahwa gagasan tentang apa yang dulu disebut ‘tindakan untuk membalas tindakan,’ bahwa jika mereka melakukan sesuatu, kita akan membalas dengan melakukan sesuatu, dan kita secara bertahap membangun kepercayaan. Saya kira itu mungkin yang akan menjadi kunci yang ditawarkan oleh Presiden Moon ke Presiden Trump,” jelasnya.
Mengenai apakah upaya itu akan berhasil, Robert Manning mengatakan bahwa untuk saat ini kita masih harus menduga-duganya. [lt/uh]
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Trump Kembali Katakan KTT AS-Korut Mungkin Batal"
Posting Komentar