Pemilu presiden dan Majelis Nasional Kongo yang sudah ditangguhkan sejak lama akhirnya berlangsung hari Minggu (30/12). Tetapi para pengamat memperkirakan akan terjadinya kebingungan di TPS dan kerusuhan.
Kongo adalah negara yang sangat kaya sumber daya mineral, dengan luas wilayah dua per tiga luas Eropa Barat tetapi hanya memiliki sedikit infrastruktur ini. Selama 60 tahun merdeka, tidak pernah ada pengalihan kekuasaan yang damai di Kongo.
Analis Kongo di Institut Kajian Keamanan, Stephanie Wolters, mengatakan selain situasi keamanan berbahaya yang dihadapi 40 juta pemilih pada hari Minggu, ia tidak terlalu peduli dengan hasil pemilu. “Saya pikir kekhawatiran yang sangat besar saat ini adalah kemungkinan terjadinya kekacauan. Kami mendapat laporan tentang bagaimana buruknya pengaturan pemilu yang dilakukan CENI (Komisi Pemilihan Umum/KPU.red),” kepada VOA. Ditambahkannya, “bahan-bahan yang akan digunakan untuk pemilu belum didistribusikan secara merata, sementara CENI dikabarkan akan mentransmisikan hasil akhir penghitungan suara dengan internet. Kami benar-benar khawatir dengan masalah-masalah teknis ini, juga potensi kerusuhan dan aksi kekerasan.”
Pemilu ini sedianya dilangsungkan pada tahun 2016, tetapi otorita berwenang berulangkali menangguhkannya karena berbagai ketidaksiapan. Hal ini membuat Presiden Joseph Kabila tetap memimpin meskipun masa jabatannya sudah berakhir.
Tahun ini komisi pemilihan umum menyatakan pemilu akan dilangsungkan pada akhir tahun, dan kembali berbagai masalah muncul menjelang pelaksanaannya. [em]
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pemilih Padati TPS di Kongo"
Posting Komentar