Search

‘Shutdown’ Masuki Bulan ke-2, Politik Semakin Tak Menentu

Sementara penutupan sebagian kegiatan pemerintah Amerika memasuki bulan ke-dua, tidak ada satu pihakpun yang merasa yakin mengenai dampak jangka panjangnya terhadap politik.

Jajak pendapat umum menunjukkan sekarang ini lebih banyak orang Amerika yang menyalahkan Presiden Donald Trump daripada menyalahkan partai Demokrat, dan pertikaian ini telah menjadi semacam cetak biru pertarungan dalam pemilihan presiden tahun 2020.

Pegawai pemerintah antre untuk mendapatkan bahan makanan gratis di Washington. Ini benar-benar pertolongan yang diberikan pada saat yang tepat.

Belum tampak ada tanda-tanda penutupan sebagian kegiatan pemerintah, atau shutdown, akan berakhir. Secara politis, kedua kubu yang bertikai tampaknya semakin bersikukuh.

Presiden Donald Trump tetap bersikeras mengenai pendanaan bagi pembangunan tembok di sepanjang perbatasan Amerika.

Trump mengatakan, "Saya berharap Ketua DPR Nancy Pelosi dapat datang dan menyadari apa yang diketahui semua orang, dan tak peduli siapapun ia, mereka tahu bahwa tembok itu efektif, dan kita membutuhkan tembok.”

Para anggota partai Demokrat tetap tegas menentang pembiayaan tembok, termasuk di antaranya pemimpin Demokrat Chuck Schumer yang mengatakan, "Kami menginginkan simbol Amerika tetap Patung Liberty, kebebasan, kesetaraan, bukan tembok pemisah. Dan kami akan berjuang untuk itu. Kami akan berjuang untuk itu.”

​Mereka yang masih terperangkap di tengah-tengah adalah para pegawai pemerintah, baik yang dirumahkan maupun yang bekerja tanpa menerima gaji, seperti agen Biro Penyelidik Federal FBI Tom O’Connor. Ia mengemukakan, "Agen-agen FBI tidak seharusnya bekerja di toko untuk mengisi rak-rak karena mereka tidak dapat memberi makan keluarga mereka dengan pekerjaan mereka sebagai pegawai pemerintah.”

Secara politis, shutdown tidak menguntungkan siapapun, kata Jim Kessler dari lembaga kajian kebijakan publik yang berbasis di Washington DC, Third Way. Ia menjelaskan, Trump, Kongres hingga pegawai federal yang bekerja tanpa dibayar, semuanya kalah dalam hal ini.

Beberapa jajak pendapat baru-baru ini lebih banyak menyalahkan Trump ketimbang Demokrat dalam hal shutdown, kata John Fortier, dari lembaga kajian Bipartisan Policy Center. Menurutnya, kedua pihak merasa basis pendukung mereka secara prinsip berkomitmen pada apa yang menjadi perbedaan di antara mereka dan inilah yang menyebabkan upaya menyelesaikan masalahnya semakin sulit.

Demokrat juga tampaknya kompak menentang presiden, lanjutnya.

Jim Kessler dari Third Way menambahkan,"Demokrat tidak benar-benar ingin mendanai janji kampanye Donald Trump yang mengatakan bahwa Meksiko akan membayar tembok itu, jadi kita terkunci dalam duel sekarang ini dan harus ada yang mencari jalan keluar yang kreatif.”

​Sekarang ini, kata pengamat politik dari University of Virginia Larry Sabato, tidak ada pihak yang bersedia mengalah. Menurutnya, sulit melihat bagaimana perselisihan ini akan berakhir, namun kedua pihak harus bersedia berkompromi.

Para analis memprediksi kebuntuan yang menyebabkanshutdown ini dapat menentukan pemerintahan yang terpecah dalam dua tahun mendatang dan juga kemungkinan besar menjadi pratinjau mengenai kampanye presiden berikutnya pada tahun 2020. [uh/ab]

Let's block ads! (Why?)

Read For More ‘Shutdown’ Masuki Bulan ke-2, Politik Semakin Tak Menentu : http://bit.ly/2Tej2TK

Bagikan Berita Ini

0 Response to "‘Shutdown’ Masuki Bulan ke-2, Politik Semakin Tak Menentu"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.