Presiden AS Donald Trump pada hari Senin (28/1) menerima undangan Ketua DPR Nancy Pelosi untuk menyampaikan pidato kenegaraannya di DPR pada 5 Februari. Sementara itu, presiden menghadapi perjuangan berat untuk mendapatkan dana tembok perbatasannya, serta investigasi khusus terkait campur tangan Rusia dalam pemilihan 2016, dan gugatan hukum yang menuduh bahwa bisnisnya melanggar UU anti-penyuapan.
Setelah kegiatan pemerintah dibuka kembali sepenuhnya, Kongres berupaya mencapai kompromi mengenai keamanan perbatasan. Jika kesepakatan tidak tercapai pada 15 Februari, Trump telah berjanji akan melakukan penutupan lagi, atau mendeklarasikan keadaan darurat nasional.
Sarah Sanders, juru bicara Gedung Putih mengatakan, “Presiden tidak menginginkan penutupan lagi. Itu bukan tujuannya. Tujuannya adalah untuk keamanan dan perlindungan rakyat Amerika."
Walaupun keamanan perbatasan tercapai, dengan Demokrat mengendalikan Dewan Perwakilan Rakyat, Trump mungkin menghadapi hambatan untuk menggolkan agenda legislatifnya.
Steve Billet, Profesor di George Washington University mengatakan, “Kebuntuan adalah salah satu komponen yang sedang terjadi. Saya pikir komponen utama lainnya adalah, seperti kita tahu, kekacauan umum di Gedung Putih. Dan tentu saja, investigasi Mueller. Tidak diragukan lagi Demokrat akan melaksanakan agenda investigasi yang gencar."
Pekan lalu, teman lama dan penasihat Trump, Roger Stone, menjadi tokoh kunci keenam dalam orbit presiden yang dituduh melakukan kejahatan terkait penyelidikan Jaksa Khusus Robert Mueller mengenai campur tangan Rusia dalam pemilihan umum 2016.
Stone dituduh berbohong kepada Kongres tentang perannya sebagai penghubung antara tim Trump dan situs web Wikileaks, yang menerbitkan email tim kampanye Clinton yang diretas oleh Moskow.
Sementara itu, Trump Hotel menghadapi sejumlah gugatan hukum yang menuduh bahwa keuntungan dari pejabat asing yang menggunakan hotel itu melanggar klausul anti penyuapan atau emoluments clause.
Robert Weismann dari kelompok advokasi Public Citizen mengatakan, "Arab Saudi mengadakan acara gala besar di Trump International Hotel, jadi presiden tahu mereka melakukannya. Hal itu menimbulkan keprihatinan yang sudah dikhawatirkan para perumus, penulis asli Konstitusi. Yaitu, apakah pemerintah asing menjilat Presiden dengan memberinya hadiah?”
Trump membantah tuduhan ini. Pengacaranya berkilah bahwa ada banyak alasan mengapa pemerintah asing ingin tinggal di Trump Hotel, dan sulit untuk membuktikan bahwa itu dilakukan untuk mendapatkan balas budi.
Dengan berbagai masalah ini, Trump diperkirakan akan menyampaikan pidato kenegaraan “State of the Union” yang kedua pada 5 Februari mendatang.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Trump Hadapi Berbagai Masalah Menjelang Pidato Kenegaraan"
Posting Komentar