Pemerintahan Trump telah membatalkan rencana menunjuk duta besar baru untuk Australia, 18 bulan setelah utusan AS terakhir menyelesaikan masa tugasnya. Banyak orang di Australia memandang langkah itu sebagai penghinaan, meskipun pemerintah di Canberra menyatakan tidak tersinggung.
Duta besar AS terakhir untuk Australia adalah John Berry, yang menyelesaikan tugasnya pada tahun 2016. Posisi ini dipandang menyenangkan, mengingat lingkungan Canberra yang hijau dan situasi politik Australia yang relatif tenang. Tetapi posisi ini sudah kosong selama 18 bulan.
Pemerintahan Trump berencana mencalonkan Laksamana Harry Harris dari Komando Pasifik AS sebagai duta besar Amerika Serikat berikutnya di Australia. Keputusan itu telah dibatalkan dan Laksamana Harris, perwira angkatan laut berpangkat tinggi keturunan Jepang, akan menjadi utusan Washington di Korea Selatan.
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengatakan dia kecewa karena teman baiknya tidak menjadi diplomatik senior di Canberra, tetapi dia memahami keputusan itu mengingat keahlian dan pengalaman Laksamana Harris.
Tetapi ada pihak lain yang tersinggung. Mantan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd mengatakan Presiden Trump berisiko dianggap menganggap enteng Australia, sekutu lama AS.
“Saya pikir pada intinya adalah pemerintah Amerika telah memutuskan bahwa Korea Selatan secara strategis lebih penting. Mengingat apa yang terjadi dengan pertemuan puncak antar-Korea, kita dapat memahami alasan itu. Tetapi bagi Australia, saya pikir itu menunjukkan bahwa, setidaknya dari sudut pandang pemerintahan Trump, kami dianggap sebagai sekutu kelas dua," kata Turnbull.
"Presiden Trump bukan tokoh yang populer di Australia, karena berbagai macam alasan di kanan dan kiri politik. Tetapi intinya adalah semua warga Australia berharap pemerintah Amerika Serikat memperhitungkan aliansi dengan kami secara serius,” lanjutnya.
Australia menandatangani perjanjian keamanan resmi dengan Amerika Serikat pada awal 1950-an, yang sejak itu telah mendukung keamanan nasional Australia. Meskipun memiliki hubungan dagang yang erat dengan China, dan hubungan bersejarah dengan Inggris, mantan penguasa kolonialnya, Australia menganggap aliansinya dengan Amerika Serikat sebagai yang paling penting.
Setiap tahun sejak 2012, marinir AS secara rutin ditempatkan di Northern Territory Australia. Kontingen berikutnya, hampir 2.000 orang, akan tiba di Darwin bulan depan.
Perjanjian antara Canberra dan Washington yang disebut ‘Force Posture Agreement’ dan diumumkan pada tahun 2011, dirancang untuk “meningkatkan kerjasama militer”.
Kedua negara yang berbahasa Inggris ini telah berjuang bahu membahu dalam berbagai konflik selama seabad, termasuk dalam perang Vietnam dan Irak. [as/ds]
Bagikan Berita Ini
0 Response to "AS Batalkan Rencana untuk Kirim Utusan ke Australia"
Posting Komentar