Search

Kinerja Buruk, Valuasi Emiten Snack Taro (AISA) Mahal Banget! - CNBC Indonesia

  • Semenjak menyentuh Rp442/saham pada akhir Desember 2020, saham AISA terkapar dalam tren penurunan (downtrend).
  • Kinerja keuangan yang belum ciamik membuat valuasi saham AISA sangat mahal saat ini.
  • Masih ada harapan ke depan untuk industri FMCG, akan tetapi manajemen AISA perlu mengkapitalisasi dengan maksimal peluang tersebut.

Jakarta, CNBC Indonesia - Bila dibandingkan dengan akhir Desember 2020 yang menyentuh level Rp442/saham, valuasi saham consumer good PT FKS Food Sejahtera Tbk (AISA) saat ini dengan harga Rp140-an/saham mungkin terlihat murah. Namun, nyata malah sebaliknya, saham AISA masih kemahalan (overvalued).

Sudah turun tajam 68% dari posisi Desember 2020, saham AISA masih diperdagangkan lebih dari 150 kali di atas laba perusahaan.

Kinerja keuangan 2022 AISA memang tertekan. Perusahaan menanggung rugi bersih Rp62,36 miliar.

Pada 3 bulan pertama 2023, rapor keuangan AISA mulai membaik, meskipun belum signifikan.

Perusahaan berhasil membukukan laba bersih Rp2,10 miliar per akhir Maret 2023, berbalik dari rugi bersih Rp13,30 miliar pada kuartal I 2022.

Berkat menekan beban pokok penjualan, AISA sukses memperbaiki bottom line, meskipun top line, yakni pendapatan bersih perusahaan hanya tumbuh 1,68% secara tahunan (yoy) menjadi Rp456,44 miliar selama periode 3 bulan yang berakhir pada Maret 2023.

Marjin laba kotor (GPM) AISA sebenarnya tidaklah buruk, mencapai 30,97%, menyaingi pesaing yang lebih besar macam MYOR (27,40%) dan GOOD (26,72%).
Namun, marjin laba usaha (OPM) dan marjin laba bersih (NPM) AISA masih sangat minim, kalah dengan peers.

Demikian pula metrik return on equity (ROE) dan return on Assets (ROA) perusahaan yang, lantaran baru membalik rugi jadi laba, sangat mini. Sebagai gambaran, rerata ROE industri 15,74% dan ROA industri 7,69%.

Valuasi AISA

Kinerja yang belum optimal, dengan laba per saham (EPS) yang disetahunkan hanya 0,90, berimbas pada valuasi saham yang kemahalan. Ini terutama apabila dilihat dari kacamata metrik price-to earnings ratio (PER) yang mencapai 157,49 kali.

Angka PER AISA jauh di atas GOOD (27,47 kali), MYOR (20,6 kali), hingga SKLT (19,39 kali). Rerata PER industri juga hanya 16,32 kali.

Namun, apabila dilihat dari sisi metrik price-to book value (PBV), angka AISA lebih kecil dibandingkan peers dan industri yang sebesar 2,94 kali.

Melihat rasio PER dan PBV tersebut, dan digabungkan dengan proyeksi kas ke depan, nilai wajar saham AISA berada di angka Rp75/saham atau memiliki potensi penurunan hingga 47,37% dari harga per 25 Mei 2023.

Tentang Bisnis AISA

AISA adalah perusahaan dalam industri Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) yang berfokus pada produksi makanan ringan, makanan manis, dan makanan dasar.
Perusahaan ini bermula dari usaha mie kering dengan merek "Cap Ayam 2 Telur" dan kemudian resmi menjadi perusahaan publik yang terdaftar di bursa saham sejak 1997 dengan kode saham AISA.

Pada Februari 2021, Saat ini, AISA berganti nama dari PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk menjadi PT FKS Food Sejahtera Tbk. Ini usai AISA resmi menjadi bagian dari FKS Group.

FKS Group sendiri masuk via PT Pangan Sejahtera Investama ke AISA pada 2020 melalui penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dulu (PMTHMETD) alias private placement.

PT Pangan Sejahtera Investama, yang merupakan anak usaha dari PT FKS Food And Ingredients, perusahaan yang sahamnyadikendalikan FKS Food & Agri Pte Ltd, asal Singapura. Grup FKSjuga memiliki anak usaha di bidang perikanan yang tercatat di BEIyakni PTFKSMulti Agro Tbk(FISH).

Masuknya FKS Group kala itu membawa angin dan dana segar bagi AISA yang tengah terlilit problem utang dan problem laporan keuangan yang selama dua tahun berturut-turut mendapatkan catatan Opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer) dari akuntan.

AISA bahkan sempat masuk daftar perusahaan yang berpotensi dihapuskan pencatatannya (delisting) oleh BEI waktu itu.

Menurut catatan CNBC Indonesia (29 Maret 2019), nama AISA terangkat ke permukaan setelah adanya penggerebekan pemerintah ke PT Indo Beras Unggul (IBU) dengan tuduhan mengepul beras petani yang menikmati subsidi pemerintah untuk diproses dan dikemas ulang menjadi beras premium.

Sejak itu, bisnis beras yang sebelumnya menyumbang 50% pendapatan AISA (dulu TPS Food) tidak lagi beroperasi sehingga perseroan kehilangan potensi pendapatan Rp 2 triliun per tahun.Belum lagi akhirnya perusahaan memutuskan untuk memecat 1.700 karyawannya dan menyatakan akan menjual IBU. Kondisi ini menjadi awal dari permasalahan keuangan TPS Food.

Perusahaan hingga saat ini gagal bayar atas sukuk ijarah I tahun 2013 dengan pokok senilai Rp 300 miliar dan jatuh tempo pada 5 April 2018 dan obligasi I tahun yang sama dengan nilai emisi Rp 600 miliar, jatuh temponya pada 5 April 2018.Lalu, laporan keuangan untuk tahun buku 2017 malah ditolak oleh investor dan pemegang sahamnya karena ada dugaan penyelewangan dana.

Dalam laporan Hasil Investigasi Berbasis Fakta PT Ernst & Young Indonesia (EY) kepada manajemen baru AISA tertanggal 12 Maret 2019, dugaan penggelembungan ditengarai terjadi pada akun piutang usaha, persediaan, dan aset tetap Grup AISA.Ditemukan fakta bahwa direksi lama melakukan penggelembungan dana senilai Rp 4 triliun lalu ada juga temuan dugaan penggelembungan pendapatan senilai Rp 662 miliar dan penggelembungan lain senilai Rp 329 miliar pada pos EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) entitas bisnis makanan dari emiten tersebut.

Temuan lain dari laporan EY tersebut adalah aliran dana Rp 1,78 triliun melalui berbagai skema dari Grup AISA kepada pihak-pihak yang diduga terafiliasi dengan manajemen lama.

Kembali ke fokus bisnis, sejumlah produk consumer food bikinan AISA, di antaranya makanan ringan (snack) Taro, Mie Kremez; dan produk basic food Mie Ayam 2 telor dan Bihunku. Pada 2022 FKS Food Sejahtera mengekspor produknya ke 15 negara yang meliputi Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan beberapa negara lainnya.

Tidak hanya fokus pada ekspor, Perseroan juga terus mengembangkan pasar domestik dengan meningkatkan jumlah outlet yang mencakup 169 kota tujuan distribusi lokal di tahun tersebut.

Distribusi ini mencakup wilayah di Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Sepanjang 2023, AISA menargetkan pertumbuhan penjualan 10%-20% dan mencapai laba positif.

Pada tahun lalu, perusahaan membukukan pertumbuhan pendapatan 21,2% secara tahunan (yoy), tetapi membukukan rugi Rp62,36 miliar.

Prospek Bisnis

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 diperkirakan masih tumbuh kuat di tengah tingginya ketidakpastian global.

Indikator konsumsi menunjukkan bahwa tingkat belanja masyarakat relatif stabil.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,0-5,3% sepanjang 2023. Sedangkan, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan, ekonomi RI akan bisa menembus pertumbuhan 5,1-5,2%.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi positif terjadi di seluruh pulau.

Konsumsi rumah tangga meningkat secara signifikan, sedangkan investasi terus menguat.
Meskipun ada gejolak dalam perekonomian global, ekspor tetap mengalami pertumbuhan yang tinggi, sementara impor tumbuh kuat untuk memenuhi kebutuhan pasokan ekspansi produksi dalam negeri.

Industri Fast-moving Consumer Goods (FMCG) merupakan salah satu sektor utama di Indonesia dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional.

Seiring dengan pemulihan ekonomi, industri FMCG juga diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga Indonesia tumbuh sebesar 4,93% pada tahun 2022. Pertumbuhan ini lebih tinggi 2,91% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 2,02%.

Meskipun industri bisnis makanan menghadapi tantangan seperti ketidakpastian pasar, kenaikan biaya bahan baku dan bahan bakar, serta persaingan yang semakin meningkat, masih ada peluang untuk pertumbuhan dan keberhasilan.

Dengan populasi yang terus bertambah dan preferensi konsumen yang berubah, perusahaan yang bergerak di bidang makanan memiliki banyak peluang untuk mengembangkan pasar baru dan memperluas lini produknya.

Pelaksanaan pemilihan umum dan acara nasional atau internasional lainnya memiliki potensi memberikan dampak positif pada industri FMCG, termasuk kinerja perusahaan secara khusus.

Manajemen AISA juga optimistis, meskipun harga bahan baku mulai menunjukkan tanda-tanda stabilisasi, perusahaan siap untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan terus berinovasi, meningkatkan penjualan, dan menerapkan efisiensi.

Melihat AISA masih bersusah payah memperbaiki kinerja keuangan dan valuasi yang masih terlampau mahal, investor yang menggemari sektor FMCG lebih baik memilih saham lainnya di sektor tersebut yang memiliki valuasi murah dan memiliki fundamental yang baik.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]

Adblock test (Why?)



"Snack" - Google Berita
May 26, 2023 at 04:50PM
https://ift.tt/lbmMXws

Kinerja Buruk, Valuasi Emiten Snack Taro (AISA) Mahal Banget! - CNBC Indonesia
"Snack" - Google Berita
https://ift.tt/2mgCSH8
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kinerja Buruk, Valuasi Emiten Snack Taro (AISA) Mahal Banget! - CNBC Indonesia"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.